Hubungi Kami Melalui WhatsApp
Kisah seorang wartawan di suatu negeri - Info Djogja

Kisah seorang wartawan di suatu negeri

 Infodjogja.com Paijan, begitu orang memanggilku. Aku adalah anak sulung dari sebuah keluarga di desa Karagiri negeri Konoha. Negeri Konoha merupakan negeri dimana uang, jabatan , kekayaan dan kejahatan jalanan menjadi dewa di negeri ini, bisa dibilang penduduk desa Karagiri adalah desa termiskin di negeri Konoha. Aku adalah seorang laki-laki lulusan sekolah senior di desanya. Aku pernah bekerja menjadi buruh di sebuah perusahaan terkenal di desaku. Karena berbagai alasan aku akhirnya resign dan memilih menjadi wartawan untuk sebuah media online yang belum begitu terkenal namanya “Newspaper”. 

Newspaper sendiri merupakan media berita lokal yang belum jelas arah dan tujuannya mengingat belum lama berdiri. Newspaper dimiliki seorang desainer web lokal kalau dibilang kemampuan desainnya masih minim, tapi cukup untuk membuat media online sederhana. Newspaper memiliki satu karyawan yaitu aku sendiri. Dari sinilah kisahku dimulai

Suatu hari Aku berpergian untuk mencari berita. Aku menggunakan motor butut kesayanganku untuk kesana kemari mengumpulkan informasi. Dalam perjalanan aku melewati salah satu jalan, namanya jalan Godean. Aku mengeluhkan keadaan jalannya yang banyak lubang, hampir hampir aku terjebak kedalam lubang jalan tersebut. Dalam hati aku berkata ” kenapa sih banyak sekali lubang di jalan ini, kenapa warga sekitar tidak menutupnya dengan semen atau tanah? sudah berapa lama kondisi jalannya seperti ini? apakah tidak banyak kecelakaan karena lubang-lubang seperti ini?Kemana para petinggi negeri ini, apa mereka tidak tau atau pura-pura tidak tau?” tiba-tiba brukkkk!!!! Seesssssss

Aduhai baru aku batin malah aku sendiri yang masuk dalam lubang ini. Untukng cuma ban dalamku yang bocor. Setelah aku tuntun beberapa meter aku menemukan sebuah bengkel tambal ban. 

aku : “Permisi pak, mau tambal ban pak”

Tukang Ban : ” Baik dek, bocor ya dek?”

aku : “Iya pak, minta tolong ya pak”

Tukang Ban : ” Baik dek, adek yang kesepuluh yang nambal ban di sini “

aku : ” Owh, rejekinya lancar ya pak”

Tukang Ban : “Iya dek, tapi gak enak juga karena kebanyakan mereka bocor karena masuk lubang jalan”

aku: “Kok g ditutup pakai semen atau tanah pak untuk mengurangi kecelakaan pak?”

Tukang Ban : “Sudah dek, baru kemarin ditutup pakai tanah. Karena kehujanan semalam jadi berlubang lagi”

aku : ” Tidak mencoba laporan ke petinggi negeri pak?

Tukang Ban : ” Kemarin sudah dek coba laporan ke pejabat setempat, tapi jawabannya itu kewenangan pusat jadi tidak bisa membantu katanya”

aku : ” Loh kok dari pejabat setempat tidak diteruskan ke petinggi negeri pak? Bukannya kalau dari orang dalam akan lebih cepat direspon dari pada dari warga langsung? Pakai orang dalam maksudnya”

Tukang Ban : ” Gak ngerti lagi dek, kita sudah berusaha lapor tapi tanggapannya seperti itu jadi males dek. Kemarin juga sudah coba lapor ke pejabat tetangga”

Aku : ” Loh kok lapor ke pejabat tetangga pak?”

Tukang Ban : ” G ngerti dek, biar viral mungkin dek. Kan sekarang viral dulu baru ditanggapi pejabat negeri”

Aku : ” Iya juga sih pak, hehe “

Tukang Ban : ” Sudah selesai dek”

Aku : ” Baik pak, habis berapa pak?”

Tukang Ban : ” Dua belas ribu dek”

Aku : ” Ini pak (sambil kuserahkan uang pecahan sepuluh ribu dan dua ribu ), terimakasih ya pak”  

Tukang Ban : “Sama-sama dek, hati-hati ya dek. Masih banyak lubang lagi. Jangan masuk ke lubang yang lagi ya dek”

Aku : ” Iya pak ( Sambil melanjutkan perjalanan meninggalkan Bapak Tukang Ban )”

Susah juga ya menyampaikan informasi langsung ke petinggi negeri, belum tentu informasinya sampai. Kalaupun informasinya sampai eksekusinya yang lama. Padahal hal-hal seperti itu butuh penanganan cepat agar tidak banyak korban. 

Pembangunan beteng aja kian diperbagus kenapa jalanan tidak dipermulus? bukankah petinggi yang dekat rakyatnya yang tidak ada jarak antara beteng / penghalang diantara keduanya. Sekian dulu cerita saya, kita lanjutkan besok lagi.

Leave a Comment